Musik sebagai Sarana Branding dan Marketing

| | Rabu, 15 Desember 2010
|

PERNAHKAH Anda mengetahui bahwa gerobak es krim Walls melintas di sekitar rumah Anda sebelum Anda melihat gerobaknya ataupun penjualnya. Kemudian, Anda pun tertarik membelinya?

Atau pernahkah Anda berusaha mengingat nomor akses sebuah layanan dial-up Telkomnet Instan dengan menyanyikan jingle yang pernah Anda dengar di iklan TV ataupun radio?

Hal-hal tersebut menggambarkan bahwa musik dapat menjadi elemen untuk mengomunikasikan sebuah brand di benak konsumen. Musik tersebut yang kemudian kita kenal sebagai audible branding.

Penggunaan musik atau suara sebagai sarana komunikasi bisnis sebenarnya telah dilakukan sejak masa lampau. Hal ini, misalnya, penjual sate yang menjajakan satenya dengan cara berteriak “te, sateee” ataupun tukang mie tek-tek yang menjajakan dagangannya dengan bunyi-bunyian kuali yang dipukul dengan kayu atau sejenisnya sehingga menimbulkan efek suara “tek-tek-tek”yang kemudian bunyi tersebut menjadi ciri khas yang melekat di benak para konsumen.

Tren Branding yang Merangkul Musik

Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan musik sebagai sarana branding telah berkembang menjadi sebuah strategi efektif. Sekarang, penggunaan musik sudah tidak seperti dulu lagi bahwa musik semata-mata digunakan sebagai jingle iklan atau hanya untuk meningkatkan awareness dari sebuah brand tertentu. Sebab, kini penggunaannya lebih bervariasi dan terintegrasi dengan strategi branding.

Musik dalam branding kini telah berkembang menjadi salah satu aset yang kuat untuk mengomunikasikan sebuah brand tanpa harus melihat brand tersebut secara visual. Hal itu dapat kita lihat contohnya dari tren yang sedang berlangsung selama kurun waktu dua tahun terakhir.

Ini terjadi saat banyak brand ternama yang mulai mengasosiasikan brand mereka dengan dunia musik sebagai strategi branding yang efektif serta sebagai diferensiasi antarsatu brand dengan brand lainnya.

Beberapa contoh nyata adalah salah satu kampanye McDonald’s di Amerika Serikat yang meluncurkan “Big Mac Meal Tracks”. Kampanye ini berarti sebuah layanan yang memungkinkan para pelanggan menebus kode akses yang tercetak di kemasan sandwich McDonald’s untuk sebuah lagu pilihan mereka di toko musik online Sony. Pun dengan Coca Cola yang selalu lekat di benak konsumennya dengan meluncurkan kampanye-kampanyenya yang bervariasi.

Ini tentunya didukung dengan komposisi musik yang menarik. Hal serupa juga terjadi pada brand-brand ternama di Indonesia, yaitu KFC dengan kampanye musiknya, yaitu “KFC Music Hit List” yang merangkul penyanyi solo maupun grup band lokal sebagai penggerak promosi yang diluncurkan pihak KFC.

Band ataupun penyanyi solo yang diseleksi dan ditampilkan KFC secara tidak langsung dapat mempertegas positioning dan target market KFC, yaitu kalangan anak muda. Kemudian Astra Honda Motor dengan kampanye “One Heart” yang diperkuat band Nidji serta Agnes Monica. Keberhasilan sebuah strategi komunikasi tentunya tidak luput dari beberapa aspek yaitu:

1. Positioning

Suatu brand haruslah menempatkan dirinya secara tepat di pasar yang ingin diraihnya. Positioning yang tepat akan lebih memudahkan sebuah brand untuk menjangkau konsumennya. Sebagai contoh, rokok Sejati dengan advertising-nya yang secara jujur menargetkan konsumen kelas menengah ke bawah.

2. Konsep Branding

Strategi komunikasi yang benar-benar berhasil membutuhkan sebuah konsep branding yang kuat. Konsep branding yang kuat akan lebih menimbulkan dampak hebat di mata konsumen. Hal itu dengan sendirinya akan menimbulkan diferensiasi yang membuat brand tersebut lebih stand out.

Sebagai contoh, Apple yang memanfaatkan kepopuleran dari produk iPod-nya menjadi gaya hidup modern dengan layanan iTunes store-nya yang terintegrasi di semua produk Apple. Selain itu, Apple juga merangkul musisi seperti U2 sebagai brand ambassador.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda membangun blog ini...

 

My Playlist

Search Song

Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu