Rilis Album lewat World Music Setelah 18 Tahun Vakum

| | Minggu, 28 November 2010
|

NAMA Ayu Laksmi di kancah musik Indonesia memang tidak terlalu populer seperti Ruth Sahanaya. Namun, jiwa seni terutama seni musik sudah dikenalnya sejak umur dia 4 tahun.

Di komunitas seni,Ayu malah sudah malang-melintang dengan panggung seni,terutama di kalangan seniman Bali. Lahir pada 25 November 1967 di Singaraja, Bali, penyanyi bernama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani ini memang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mencintai seni. Putri bungsu almarhum I Gusti Putu Wiryasutha dan I Gusti Ayu Sri Haryati ini tidak pernah berhenti berkesenian.

Kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Udhayana, Bali,dan lulus pada 1993,Ayu tetap menekuni seni.Begitu pun setelah menikah dengan Steven van Lierde, yang berkebangsaan Belgia pada 2006 lalu. Setelah 18 tahun vakum sejak mengeluarkan album pertamanya “Istana yang Hilang”,Ayu merilis lagi album baru.

Kamis (25/11) lalu Ayu mengeluarkan album keduanya yang bertajuk “Svara Semesta” di Bentara Budaya Jakarta. Di album ini Ayu bekerja sama dengan beberapa musisi, seperti Dewa Budjana, Peter Brambi, Robbert Webber,serta Ekoa Wicaksono. Ayu sendiri menyajikan lagulagunya dengan warna musik baru yang saat ini dikenal dengan istilah world music yang tertulis dalam lima bahasa (Sanskerta, Kawi, Bali, Indonesia,dan Inggris).

Beberapa lagu Ayu di album kedua ini antara lain, Maha Asih,Tri Kaya Parisudha, Duh Hyang Ratih, Here Now and Forever,More Om Mani Padme Hum,Ibu,Brother and Sisters, Reinkarnasi,dan lain-lain. Apa yang beda dari musik Ayu ini? Mengapa dia berani menerabas genre musik yang “jarang”ini? Berikut paparannya? • Apa makna dari album “Svara Semesta” ini? Album saya ini berlandaskan konsep Tri Hita Kirana, bercerita tentang hubungan cinta kasih antara manusia dan manusia, manusia dan Tuhan, serta manusia dengan semesta.

• Kenapa baru sekarang keluarkan album setelah 18 tahun vakum? Ini impian saya sejak lama. Pada 1989 saya sempat keluarkan album dengan judul “Istana yang Hilang”,setelah album keluar saya menghilang dari dunia musik Indonesia.Kurang lebih 18 tahun, akhirnya saya bisa mempersembahkan album ini. Sebenarnya tidak menghilang begitu saja, selama 18 tahun itu saya mengisi beberapa soundtrack, seperti film Under the Tree (2008) garapan Garin Nugroho,song illustratorfilm dokumenter Bali is my Life (2010).

• Ada target di album ini? Saya tidak punya target apaapa, malah sebenarnya saya ingin bagi-bagi gratis album ini, tapi tidak mungkin oleh manajemen. • Ada perubahan diri? Iya, dari yang dulunya saya rocker,sekarang lebih ke adat-adatan dan dulu suka pakai celana jins ada gambar tengkorak di bokong saya, sekarang saya pakai baju khas Bali (carik).

• Di lagu ke-11 ada lirik dan syair Islam, tanggapan Anda? Saya percaya akan semua doa. Di lagu tersebut memang bernada islami, tapi buat saya itu tidak masalah. Musik adalah bahasa yang mempersatukan kita, tak peduli itu warna kulit, agama, maupun suku. Merilis album kedua, bagi Ayu juga merupakan surprise bagi komunitas pencinta seni di Indonesia.

Setidaknya itu pendapat dari Bens Leo. Pengamat musik ini menilai,untuk lagu-lagu Ayu sebenarnya lebih pas bila dipakai di atas panggung. Karena lagu yang berdurasi 7 menit kalau dinyanyikan di atas panggung bisa menjadi 15 menit. “Jadi, susah untuk memotong menjadi RBT,”canda Bens Leo. Dengan genre world music,Ayu memang memainkan karakter panggung dalam musiknya.Apalagi dengan lima bahasa yang dipakainya, terasa album Ayu ini sedikit berat dan memang berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda membangun blog ini...

 

My Playlist

Search Song

Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu