-------------------------- ---------------
JANESTI PRIYANDINI, Jakarta
--------------------- --------------------
Rinto Harahap, kelahiran Sibolga, Sumatera Utara, pada 10 Maret 1949, bisa disebut sebagai legenda hidup di industri musik tanah air. Sejak dia berkarir pada 1970, ratusan lagu ditulis dan dipopulerkannya. Selain menjadi penulis lagu, dia merupakan pendiri grup The Mercy's sekaligus seorang produser. Sederet penyanyi pernah dia orbitkan. Sebut saja Nia Daniati, Betharia Sonata, Christine Panjaitan, Iis Sugianto, dan Eddy Silitonga.
Intinya, Rinto merupakan salah seorang musisi Indonesia yang sangat berjaya pada zamannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan pergantian zaman, namanya mulai tenggelam. Generasinya sudah tergantikan oleh generasi baru, seperti Yovie Widianto, Ahmad Dhani, serta Anto Hoed dan Melly Goeslaw.
Meski begitu, karya-karya anak ketiga di antara enam bersaudara itu tidak pernah dilupakan. Lagu Gelas-Gelas Kaca, Ayah, Tangan Tak Sampai, dan Aku Begini Kau Begitu masih sering terdengar hingga pelosok Nusantara. Namun sayang, lagu-lagu tersebut diproduksi dalam keping VCD dan DVD bajakan. Dengan demikian, royalti yang seharusnya diterima Rinto menguap entah ke mana. Sebab, produk bajakan di industri musik memang menjadi masalah klasik. Tidak pernah berujung saat ditelusuri.
Masalah itu sebenarnya tidak hanya dialami Rinto. Mendiang Pance Pondaag juga mengalami hal tersebut. Hingga akhir hayat Pance, karyanya laris manis di pasaran. Tapi ironisnya, karya tersebut juga laris dibajak. "Saya juga mengalami hal itu bertahun-tahun," ujar Rinto kepada Jawa Pos saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya Rabu lalu (3/11). Pembajakan yang mengancam masa tua musisi itu sesungguhnya disadari Rinto sejak lama.
Upaya mencegahnya juga sudah dilakukan. Salah satunya, didirikan Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI). Di lembaga tersebut, dia menjabat ketua umum. KCI merupakan wadah yang beranggota para pencipta lagu dan bertugas mengumpulkan royalti. Tapi sayang, karena penyakit stroke, bapak tiga anak itu dicopot dari jabatan tersebut.
Ya, stroke menyerang hits maker itu pada 2003. "Suatu hari, saya berjalan turun tangga. Sampai di bawah, tiba-tiba saya tidak bisa bergerak. Karena bingung, saya naik lagi ke atas, lalu tidur," tutur dia. Seharusnya, dia langsung pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisi kesehatan. Tapi, hal itu tidak dia lakukan. Sebab, menurut dia, gangguan tersebut biasa saja. Beberapa hari kemudian, karena tak kunjung membaik, barulah suami Lily Kuslolita tersebut memeriksakan diri ke dokter.
"Dokter bilang, seharusnya saya lebih cepat memeriksakan diri supaya gangguan bisa ditanggulangi. Tapi, karena terlambat, akhirnya jadi stroke. Badan saya tidak bisa bergerak," lanjut pria 61 tahun tersebut. Sejak itu, seketika kondisi fisiknya berubah. Yang dia rasakan cuma sakit. Dia tidak bisa berbicara. Bernapas pun, terang Rinto, terasa sakit. Bertahun-tahun dia merasakan itu.
Yang lebih menyakitkan tentu saja dia tidak bisa menulis lagu lagi. Sebab, dua tangannya tidak bisa digerakkan. "Ide sih ada di otak. Tapi, tidak bisa menulisnya. Ya bagaimana, tangan saya saja susah gerak," terang dia. Beragam pengobatan sudah dia jalani. Selain di Indonesia, dia berobat di Malaysia, Singapura, dan beberapa negara lain. Tapi, tidak ada kemajuan berarti.
Pada 2005, dia mengikuti pengobatan berbasis rohani di Jakarta. Sepulang dari pengobatan, dia bisa berjalan, tapi hanya seminggu. Setelah itu, dia kembali ambruk. "Ketika itu saya ingin mati saja. Benar-benar tidak tahan dengan rasa sakitnya," ungkap dia. Dalam kondisi seperti itu, Rinto sudah tidak memikirkan nasib karya-karyanya. Dia mengungkapkan, kala itu mengurus diri sendiri saja sulit.
Namun, keluarga tidak lelah menyemangati dia. Perlahan-lahan, semangat dan keyakinan dirinya bangkit. Bahkan, pada tahun tersebut pria yang mendapatkan anugerah seni dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen P & K sebagai pencipta lagu sekaligus penyanyi berprestasi pada 1982 itu membuat keputusan penting untuk karya-karyanya yang berjumlah ratusan tersebut. "Saya memercayai Sony Music untuk mengelola karya-karya saya," jelasnya. Sebanyak 518 lagu ciptaannya dipercayakan kepada Sony Music.
Pria yang menyatakan menciptakan lagu kali pertama pada 1969 itu lantas merasa lebih tenang. Sebab, dia merasa sudah memercayakan pengelolaan karyanya kepada pihak yang tepat. Dengan begitu, dia bisa berkonsentrasi memulihkan kesehatan. Dua bulan belakangan, dia mulai mencoba senam chi secara rutin. Hasilnya cukup maju. Tangannya mulai bisa digerakkan dan jari-jarinya mampu menggenggam. "Itu sudah hampir sempurna. Jari tangan saya mulai bisa menggenggam," terang dia sambil menggerak-gerakkan jari tangan kanan.
Bahkan, sekarang dia mulai bisa memegang pena dan menulis meski belum sempurna. "Mulai bisa menulis, tapi tidak lama. Ya pelan-pelan. Sekadar membubuhkan tanda tangan sih sudah bisa," tambah dia sambil memberikan tanda tangan di CD album terbarunya itu.
Sebenarnya, dia sudah ingin aktif mencipta lagu lagi. Sebab, selama sakit, kepalanya penuh dengan ide-ide. Hanya, dia tidak bisa menyalurkan ide tersebut karena keterbatasan fisik. Terakhir, dia menulis lagu sekitar 2001. "Saya ingin sekali mencipta lagu tentang kebesaran Tuhan. Sebab, tanpa kebesaran-Nya, saya tidak mungkin bisa sehat lagi seperti sekarang," ujar dia. Namun, sepertinya, hal itu belum bisa dia lakukan dalam waktu dekat. Sebab, tangannya belum pulih benar untuk bisa bergerak sempurna.
"Semoga sebentar lagi bisa sembuh total. Sebab, saya harus menulis saat mencipta lagu. Kalau direkam, nggak terbiasa. Liriknya pasti harus saya tulis. Nah, kalau ada kalimat yang salah, kan harus dicoret, terus diganti dengan kalimat yang lebih bagus. Tapi, itu tadi, tangan saya belum kuat kalau harus menulis (dalam waktu) lama," jelasnya.
Saat sakit bertahun-tahun itu, Rinto ingat mendiang ayahnya, James Harahap. Dulu, ayahnya juga tidak bisa bergerak, sama dengan Rinto. Sang ayah terserang kanker. "Tahu lagu saya berjudul Ayah, kan" Itu saya cipta untuk ayah saya. Sampai sekarang, saya masih sedih lho kalau mendengar lagu tersebut," imbuh dia.
Ayah Rinto tidak suka kalau anaknya jadi pemusik. Dia ingin Rinto menjadi pendeta. Maka, pada 1973 pendiri band The Mercy's tersebut mencipta lagu berjudul Ayah. "Kali pertama saya menyanyikan lagu itu di Bogor, ayah saya nonton. Dia bilang bagus. Itu sangat berkesan sekali buat saya," ucap dia.
1 komentar:
saya juga ikut merasakan betapa sedihnya jk kel sakit saya dan kel di sby hanya mengucapkan semoga cepat sembuh shg karya mereka bisa di dengar lagi
Posting Komentar
Komentar anda membangun blog ini...